Monumen Nasional, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Monas, adalah salah satu landmark yang paling terkenal di Jakarta, Indonesia. Terletak di pusat kota, Monas tidak hanya menjadi daya tarik wisata yang populer, tetapi juga melambangkan kejayaan dan persatuan bangsa Indonesia.
Diresmikan pada tahun 1961, Monas merupakan simbol perjuangan dan kemerdekaan Indonesia. Menara setinggi 132 meter ini didesain dalam bentuk obelisk, dengan api abadi yang berada di puncaknya. Api tersebut melambangkan semangat perjuangan dan keabadian bangsa.
Monas juga menyimpan berbagai artefak dan museum yang memamerkan sejarah perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan. Di dalam kompleks Monas, pengunjung dapat menjelajahi museum sejarah nasional yang menampilkan benda-benda bersejarah dan diorama peristiwa penting dalam perjuangan bangsa.
Selain menjadi tujuan wisata, Monas juga sering digunakan sebagai tempat peringatan nasional, upacara kenegaraan, dan perayaan hari-hari besar kebangsaan. Taman yang mengelilingi Monas juga menjadi tempat rekreasi warga Jakarta dan pengunjung untuk bersantai dan menikmati suasana yang tenang di tengah hiruk-pikuk kota.
Monumen Nasional adalah simbol kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Ia mengingatkan kita akan perjuangan para pahlawan dan nilai-nilai persatuan yang mendasari kemerdekaan. Monas menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah dan juga merupakan titik temu bagi warga Indonesia yang datang untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air.
Renovasi Monas
Pada tahun 2020 di era kepemimpinan Anies Baswedan, dilakukan revitalisasi Monas. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan Monas seperti desain awal yang berdasarkan Keppres Nomor 25 tahun 1995 tentang rancangan Monas. Dimana keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno.
Hal ini Anies kemukakan saat menjawab pertanyaan Andy F. Noya dalam acara yang bertajuk “Dosa-dosa Anies” pada Minggu, 18 Juni 2023.
“Renovasi Monas ini adalah hasil sayembara dan sayembara ini merujuk kepada Keppres Nomor 25 tahun 1995 tentang rancangan Monas yang seharusnya.” jelas Anies kepada Andy F. Noya
Lebih lanjut dia menjelaskan apabila dalam rancangan tersebut Tugu Monas berada di tengah lalu ada 4 jalan yang diagonal dan satu di sisi selatan yang kosong. “Perancangan aslinya begitu dan itu ada di Keppres Nomor 25. Jadi peran arsitek perancang pemenang sayembara ini mengembalikan kepada desain awal dimana sisi selatan itu memang kosong. Dan disitulah dipakai untuk upacara menghadap ke arah Monas”. ungkap Anies.
“Namun karena selama puluhan tahun tidak digunakan maka ditanam pohon-pohon itu semua yang kemudian terjadilah ada 190 pohon karena selama bertahun-tahun tempat itu tidak pernah yang di desain itu dilaksanakan. Jadi yang kami lakukan adalah memindahkan pohon ke tempat yag seharusnya” terang Anies lebih lanjut.
Hal ini Anies nyatakan untuk menjawab semua tudingan bahwa Anies telah merusak kawasan Monas untuk pembangunan sirkuit Formula E dengan menebang pohon-pohon di sekitar Monas. Padahal penebangan tersebut semata hanya mengembalikan Monas sesuai dengan rancangan awal.