Salah satu pekerjaan HR yang gampang-gampang susah adalah mengelola karyawan milenial. Hal ini disebabkan oleh angkatan kerja yang lahir di rentang 1981-1994 mempunyai karakter unik yang membedakannya dengan Generasi X dan Baby Boomers pendahulunya.
Kaum milenial yang sekarang berada dalam usia produktif semakin mendominasi dunia kerja dan sebentar lagi akan mengambil alih tingkatan atas dalam organisasi. Milenial merupakan pekerja masa depan, setidaknya hingga satu dekade mendatang.
Hingga saat ini, salah satu tantangan utama para pimpinan perusahaan ataupun HR yaitu memahami karakter karyawan milenial. Masalahnya, masih banyak yang terlanjur menilai mereka sebagai pekerja yang cepat bosan, kurang loyal, serta sulit diatur dan diperintah. Apakah asumsi ini benar adanya?
Karyawan milenial mempunyai kecenderungan kurang suka diperintah, karena mereka menginginkan seorang atasan yang mampu memberikan teladan dan seorang pemimpin yang menginspirasi, bukan seorang bos yang berkuasa serta hanya memerintah bawahannya.
Melalui cara itu, karyawan milenial ingin membangun hubungan kerja yang lebih egaliter, di mana seorang manajer atau atasan berperan sebagai mitra diskusi yang bersedia mendengarkan gagasan mereka. Milenial selalu kaya akan ide dan ingin didengar.
Prinsip Work-life balance adalah orientasi generasi milenial dan bekerja keras dengan waktu berjam-jam bukan merupakan pilihan. Mereka menyukai cara kerja cerdas yang dinilai efisien dan terbiasa dengan penggunaan teknologi sebagai solusi.
Maka tidak heran jika kaum milenial sering dicap kurang loyal dan identik dengan turnover yang tinggi. Sebab, mereka akan terus mencari tempat kerja yang sesuai dengan keinginan mereka ketimbang hanya bertahan di satu perusahaan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan global Deloitte terhadap 7.700 pekerja milenial di 29 negara, termasuk Indonesia, dengan hasil 75% responden ingin lebih banyak waktu bekerja fleksibel (dari rumah atau tempat lain) di mana mereka merasa lebih produktif.
Tapi persoalannya, banyak perusahaan yang belum siap dengan sistem kerja fleksibel, teleworking, work from home (WFH), dan sejenisnya, terutama menyangkut soal monitoring karyawan. Pencatatan absensi, pengukuran produktivitas, dan penilaian kinerja karyawan masih menjadi dilema bagi perusahaan.
Sebenarnya, masalah di atas bukan lagi menjadi kendala jika perusahaan menggunakan software penilaian kinerja karyawan berbasis web yang dapat memberikan solusi berupa visibilitas atas penilaian kerja karyawan. Penggunaan teknologi digital berbasis data memungkinkan perusahaan tetap punya kendali atas karyawan sekalipun mereka bekerja dari jauh.
Siklus Penilaian Kinerja
Pada prosesnya, terdapat empat siklus manajemen kinerja yang bisa kamu ikuti:
1. Perencanaan
Dalam tahap ini, diskusi akan dilakukan oleh pihak manajemen bersama direktur perusahaan terkait tujuan serta hal-hal yang ingin dicapai perusahaan. Entah itu dalam jangka pendek, jangka panjang, maupun secara keseluruhan. Tahapan ini perlu dilakukan dengan matang agar karyawan memiliki panduan atau petunjuk dalam merancang seluruh tujuan dengan lebih mendetail.
Berbagai tujuan dalam siklus perencanaan ini tak melulu soal strategi bisnis, bisa juga mengenai indikator pencapaian dari performa karyawan di sebuah tim. Sebagai contoh, target, tugas, tindakan, dan pengembangan. Jika rencana tujuan ini telah ditetapkan, pihak manajer dapat mulai menentukan tujuan manajemen kinerja karyawan yang menjadi tanggung jawabnya.
Tujuan tersebut acap kali ditetapkan menggunakan metode SMART, yakni specific, measurable, achievable, relevant, serta time-bound. Di tahap ini juga bisa dilakukan perencanaan pada pengembangan karyawan.
2. Monitoring
Secara umum, proses monitoring hanya dilakukan sekali atau 2 kali dalam setahun. Pada tahap ini, manajer perlu melakukan sejumlah cara guna memastikan apakah beberapa tujuan yang telah direncanakan dapat diraih. Kalau nantinya ditemukan kendala pada karyawan, pihak manajer wajib membantu menyelesaikan perkara tersebut.
Jika diperlukan dan masih mungkin untuk dilakukan, manajer dapat melakukan penyesuaian kembali pada tujuan. Di tahap ini, tak menutup kemungkinan muncul tujuan atau target baru yang bakal ditetapkan akibat terjadinya sejumlah perubahan.
3. Reviewing
Selanjutnya, tahap pengkajian atau reviewing secara dua arah. Di setiap penghujung tahun, pihak karyawan dan manajemen akan berdiskusi terkait segala tujuan yang telah ditetapkan sejak awal dapat diraih dengan baik atau tidak. Tahap ini dinilai penting karena manajer dapat melakukan sejumlah kolaborasi dengan karyawan.
Semakin besar peran pekerja, maka akan semakin terpacu dan terdorong pula mereka untuk setia bekerja pada perusahaan tersebut. Berbagai hal yang perlu dikaji antara lain realitas tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, serta bagaimana karyawan bisa mendapatkan keahlian atau pengalaman baru.
4. Penghargaan
Penghargaan adalah tahap manajemen kinerja yang tak boleh dilewatkan. Alasannya karena reward atau penghargaan merupakan hal yang mampu meningkatkan etos dan semangat kerja dari karyawan.
Jika perusahaan tak mampu memberi penghargaan yang cukup, semangat kerja para karyawannya tentu akan berkurang dan berpotensi untuk mencari kerja di tempat lain. Pemberian penghargaan bisa berupa peningkatan gaji atau jatah cuti, pemberian bonus, promosi jabatan, testimoni tertulis, dan banyak lagi yang lainnya. Saat karyawan mendapatkan penghargaan, siklus manajemen kinerja dapat dimulai kembali dari tahap awal.
Satu hal yang perlu diingat, keempat siklus manajemen kinerja wajib dilakukan secara kontinyu agar memberikan dampak yang optimal.
Metode Memaksimalkan Dampak Manajemen Kinerja
- Tingkatkan intensitas evaluasi kerja hingga beberapa kali dalam satu tahun.
- Melakukan kegiatan OKR agar standar pencapaian pribadi dapat diselaraskan dengan tujuan dari perusahaan.
- Mengembangkan sistem feedback atau umpan balik dari karyawan agar aktivitas monitoring dapat dilakukan dengan lebih efektif.
- Manajer perlu menjadi pengajar atau mentor yang mampu memberi pengarahan dan latihan.
- Mengembangkan standar untuk dijadikan sebagai indikator pada performa kinerja dengan lebih efektif.
Talenta sebagai salah satu software penilaian kinerja karyawan berbasis web dapat digunakan sebagai aplikasi penilaian kerja karyawan milenial yang bekerja WFH maupun WFO. Bagaimana caranya? Simak ulasan berikut ini:
Absensi Online
Talenta adalah software absensi online yang memudahkan HR memantau kehadiran karyawan di banyak tempat terpisah. Teknologi GPS dan verifikasi face recognition di aplikasi memungkinkan karyawan milenial melaporkan kehadiran melalui foto selfie dengan smartphone mereka di tempat-tempat yang telah disetujui. Mobile attendance ini juga sangat berguna saat pandemi, sebab tidak membutuhkan mesin fingerprint yang berisiko menularkan virus lewat sentuhan jari.
Fitur clock-in dan clock-out di aplikasi memudahkan pencatatan data real-time pada jam mulai dan jam selesai bekerja, sehingga Anda mengetahui siapa hadir di mana dan pada pukul berapa. Anda bahkan tahu karyawan yang tidak masuk kerja saat itu juga, tanpa perlu repot merekap catatan absensi bulanan.
Jadwal Kerja (Timesheet Karyawan)
Talenta punya fitur Timesheet yang dapat digunakan untuk memantau dan memeriksa aktivitas dan jadwal kerja karyawan. Setiap karyawan mencatatkan daftar pekerjaan harian mereka di ponsel dan Anda dapat memberikan penugasan melalui portal admin.
Dengan fitur ini, Anda dapat mengukur dan menilai produktivitas dan manajemen waktu karyawan, serta mengetahui pencapaian target harian. Selain itu, fitur ini juga membantu memonitor proses kolaborasi dari awal hingga akhir.
Jam Lembur Karyawan
Talenta juga dapat digunakan untuk mencatat jam lembur karyawan. Anda tak perlu repot dengan sistem manual, sebab aplikasi ini secara otomatis mencatat, menyimpan, dan mengakumulasi jam lembur karyawan.
Produktivitas Tim Sales dan Karyawan Lapangan
Melalui fitur Client Visit dari Talenta, Anda dapat lebih mudah memantau jadwal kunjungan kerja divisi sales ataupun kinerja karyawan lapangan secara real-time dengan teknologi GPS (Global Positioning System).
Nah, jika mempekerjakan karyawan milenial, Anda dapat mencoba kedua aplikasi keren ini. Karyawan Anda dapat mengunduh Talenta di Google Play dan App Store.
Aplikasi Talenta sangat cocok dengan karyawan milenial yang menyukai kemudahan sistem berbasis teknologi, di mana perangkat absensi, daftar penugasan, dan klaim reimbursement ada dalam genggaman mereka.
Mengelola Penilaian Kinerja Karyawan dengan Talenta by Mekari
Talenta adalah salah satu merk HRIS (human resources information system), yakni software (perangkat lunak) untuk manajemen sumber daya manusia. Software HRIS biasanya bertujuan mengurangi beban kerja administrasi di bidang penggajian, perpajakan karyawan, absensi, dan performance management tools.
Sehingga hadirnya Talenta by Mekari memberikan solusi dengan menghadirkan aplikasi KPI yang dapat diakses secara online dan dapat membantu mengotomatisasi proses speerti pembayaran gaji dan absensi dalam suatu dashboard yang mudah digunakan.
Talenta menggunakan business model managed subscription, jadi anda berlangganan secara tahunan ke Talenta untuk menggunakan software ini. Tidak bisa bayar sekali didepan lalu pakai selamanya.
Selain itu, semua data yang ada di dalam aplikasi Talenta by Mekari akan terjamin keamanannya, karena kami memiliki kualitas keamanan standar ISO 27001 yang setara dengan bank.
Talenta juga menggunakan teknologi enkripsi sehingga data-data yang tersimpan tidak akan dapat dilihat oleh pihak yang tidak berwenang. Tertarik mencoba Talenta secara gratis? Kunjungi Talenta.co sekarang juga!